Dasadarma adalah ketentuan moral.
Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada
anggota Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga
Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan
mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan Yang Mahaesa.
Pertama : Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Apa yang tercantum di dalam Trisatya tentang
menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan yang terdapat dalam Dasadarma pertama
sudah harus sedikit dibedakan bahwa : Di dalam Trisatya, ungkapan itu merupakan
janji (ikrar) seseorang yang diresapkan dalam hati atau dirinya sedangkan dalam
hati atau dirinya sedngkan yang ada di dalam Dasadarma pertama adalah
perwujudannya secara kongkrit dalam tingkah laku ataupun sikapnya, Atau dengan
kaata lain yang ada di dalam Trisatya itu merupakan sesuatu yang ada di dalam
batin dan yang terdapat di dalam darma adalah yang tampak lahiriah. Oleh karena
itu yang terdapat di dalam Dasadarma bukanlah suatu pengulangan, tetapi penekan.
Taqwa
Pengertian takwa adalah bermacam-macam,
antara lain: bertahan, luhur, berbakti, mengerjakan yang utama dan
meninggalakan yang tercela, hati-hati, terpelihara, dan lain-lain. Pada hakekatnya takwa adalah usaha dan
kegiatan seseorang yang sangat utama dalam perkembangan hidupnya. Bagi bangsa
Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang menjadi tujuan hidupnya adalah
keselamatan, perdamaian, persatuan dan kesatuan baik didunia maupun diakhirat,
Tujuan hidup ini hanya dapat dicapai semata-mata dengan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yaitu : Bertahan terhadap godaan-godaan hidup,
berkubu dan berperisal untuk memelihara diri dari dorongan hawa nafsu, Taat melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan,
mengerjakan yang baik dan berguna serta menjauhi segala yang buruk dan yang
tidak berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat serta seluruh umat manusia, Mengembalikan, menyerahkan kepada Tuhan
segala darma bakti dan amal usahanya untuk mendapatkan penilaian; sebagaimana
Tuhan menghendaki sikap ini merupakan sikap seseorang kepada pribadi lain yang
dianggap mengatasi dirinya, bahkan mengatasi segala-galanya, sehingga seseorang
menyatakan hormat dan baktinya, serta memuji, meluhurkan dan lain-lain terhadap
pribadi lain yang dianggap Maha Agung itu,
Tuhan
Di sini kita dapat mencoba memahami
pengertian kita tentang Tuhan baik berpangkal dari kemanusiaan yang antara
lain dianugerahi akal budi, maupun dari wahyu Tuhan sendiri yang terdapat dalam
kitab suci yang diturunkan kepada kita melalui para Nabi/ Rosul. Dari segi kemanusiaan (akal budi),
Tuhan adalah zat yang ada secara mutlak yang ada dengan. Zat yang menjadi
sumber atau sebab adanya segala sesuatu di dalam alam semesta (couse prima atau
sebab pertama). Karena itu, Dia tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan apa saja
yang ada. Dia mengatasi, melewati, dan menembus segala-galanya. Dari wahyu Tuhan sendiri yang
dianugerahkan kepada kita melalui firman atau sabdaNya di dalam Kitab suci,
kita dapat mengetahui bahwa Dia adalah pencipta Yang Maha Kuasa, Maha Murah,
lagi Maha Penyayang Tuhan menjadikan alam semesta termasuk manusia tanpa
mengambil suatu bahan atau menggunakan alat. Hanya karena firman-Nya, alam
semesta ini menjadi ada. Yang semula tidak ada menjadi ada, dari tingkat yang
paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi dan luhur. Dari yang tiada
bernyawa kepada yang bernyawa dan berjiwa, Dari hasil karya Tuhan itu, kita
dapat mengenal segala macam sifat Tuhan yang melebihi dan mengatasi apa yang terdapat
di dalam alam semesta ini, terutama dari wahyu Tuhan sendiri. Kita juga dapat
memahami kegaiban Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak dapat membandingkan zat
kodrat sifat Ilahi dengan yang ada dalam ala mini. Hal ini juga termasuk dengan
sifat Tuhan Yang Maha Esa. Namun sebagai insan manusia, kita akan berusaha
memahami apa arti esa pada Tuhan itu.
Esa= satu/tunggal.
Maksudnya bukanlah “satu” yang dapat
dihitung. Satu yang dapat dihitung adalah satu yang dapat dibagi atau
dibanding-bandingkan. Maka, satu atau esa pada Tuhan adalah mutlak.
Satu/tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi dan dibandingkan.
“Tiada Tuhan selain Allah”.
Berbicara tentang pengertian taqkwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dipisahkan dari pengertian moral, budi
pekerti, dan akhlak. Moral, budi pekerti atau akhlak adalah sikap yang digerakan oleh jiwa yang
menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap
sesama manusia, sesama makhluk, dan terhadap diri sendiri. Akhlak terhadap Tuhan
Yang Maha Esa meliputi cinta, takut, harap, syukur, taubat, ikhlas
terhadap Tuhan, mencintai atau membenci karena Tuhan. Akhlak terhadap Tuhan Yang
Maha Esa mengandung unsur - unsur takwa, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berbudi pekerti yang luhur. Akhlak terhadap sesama manusia atau terhadap masyarakat
mencakup berbakti kepada orang tua, hubungan baik antara sesama, malu, jujur,
ramah, tolong menolong, harga menghargai, memberi maaf, memelihara
kekeluargaan, dan lain-lainnya. Akhlaq terhadap sesama manusia mengandung unsur
hubungan kemanusian mengandung unsur hubungan kemanusiaan yang baik akhlak
terhadap sesama mahluk Tuhan yang hidup atau pun benda mati mencakup belas
kasih, suka memelihara, beradab, dan sebagainya, Akhlak terhadap sesama makhluk
Tuhan mengandung unsur peri kemanusiaan. Akhlak terhadap diri sendiri
meliputi: memelihara harga diri, berani membela hak, rajin tanggungjawab, menjauhkan diri dari takabur,
sifat-sifat bermuka dua sifat pengecut, dengki, loba, tamak, lekas putus asa, dan sebagainya. Akhlak terhadap diri sendiri mengandung
unsur budi pekerti yang luhur, berani mawas diri, dan
mampu menyesuaikan diri.
Pelaksanaan :
Sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka
yang mengarahkan anak didik menjadi manusia yang berkepribadian dan berwataq luhur, dan juga karena falsafah hidup bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila,
maka sudah seharusnyalah iman kepada Tuhan dari masing-masing anak didik itu
diperdalam dan diperkuat. Iman anak didik kepada Tuhan itu belum cukup kalau
hanya kita berikan pengajaran lisan/tertulis tanpa ada perwujudan kongkrit
dalam tingkah laku kehidupan anak didik. Maka, apa yang diimani dari agama
dan kepercayaan tentang Tuhan haruslah dijabarkan dalam sikap hidupnya yang
nyata dan dapat dirasakan oleh lingkungannya, karena itu akan terdapat
kepincangan apabila Gerakan Pramuka hanya dapat mengemukakan ajaran
tentang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini, tetapi kurang memberikan bimbingan
dan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan darmanya yang pertama
ini. Untuk mewujudkan cita-cita Gerakan Pramuka, dalam hal ini banyak caran dan
metode yang dapat dilaksanakan, sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan anak
didik dan kepercayaan masing-masing. Cara atau metode dapaat berlainan, tetapi
tujuannya kiranya hanya satu, ialah terciptanya manusia Indonesia yang utuh dan
sempurna (Pancasilais). Segala macam ketentuan moral/kebaikan yang tersimpan
dalam ajaran agama (seperti tertera dalam darma-darma yang berikut)seharusnyalah
dikembangkan dalam sikap hidup anak didik. Darma-darma itu merupakan
bentuk-bentuk perwujudan kongkret dari takwanya kepada Tuhan di samping doa,
sembahyang, dan bentuk peribadatan lain. Sebagai Contoh : Sikap cinta dan
kasih sayang, setia, patuh, adil, jujur, suci,dan lain-lain adalah merupakan
pengejawantahan dan perwujudan dari ketakwaan seseorang kepada Tuhan. Sulit
untuk mengatakan bahwa sebenarnya tidak jujur orang mengarahkan dia itu takwa
kepada Tuhan, tetapi dalam hidupnya dia bertindak dan bersikap membenci, curang,
tidak adil, dan sebagainya terhadap sesamanya.
Maka dari itu, dalam prakteknya,
mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan
kepramukaan mulai dari bermain sampai kepada bekerja sama dan hidup bersama. Dalam
kegiatan permainan, kita sudah dapat menanamkan sifat-sifat jujur, patuh, setia
dan tabah. Kalau anak sudah dibiasakan bermain seperti itu, maka dia akan
berkembang menjadi pribadi yang baik, berwataq luhur dan berkepribadian. Akhirnya,
akan berguna bagi sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua ini
tiada lain didasarkan pada takwanya kepada Tuhan, Menuntun anak untuk
melaksanakan ibadah, Menyelenggarakan peringatan-peringatan hari besar agama, Menghormati orang
beragama lain, Menyelenggarakan ceramah keagamaan, Menghormati orang tua.
Kedua : Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan seluruh alam semesta
yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, dan benda-benda alam. Bumi,
alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut diciptakan Allah bagi kesejahteraan
manusia.Karena itu, sudah selayaknya pemberian Allah ini dikelola, dimanfaatkan,
dan dibangun. Sebagai makhluk Tuhan yang lengkap dengan akal budi, rasa, karsa
dan karya, serta dengan kelima indra manusia patut mengetahui makna seluruh
ciptaan-NYa. Wajar dan pantaslah Pramuka, secara alamiah, melimpahkan cinta
kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang
kepada sesama manusia dan sesama hidup serta menjaga kelestariannya. Kelestarian
benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan perlu dijaga dan dipelihara karena
hutan tanah, pantai, fauna, dan flora serta laut merupakan sumber alam
yang perlu dikembangkan untuk menunjang kehidupan generasi kini dan dipelihara
kelestariannya untuk kehidupan generasi mendatang. Di samping itu, sebagai Negara
kepulauan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan yang sekaligus memelihara
kelestarian sumber ala mini dengan menanggulangi pencemaran laut, perawatan
hutan, hutan bakau dan hutan payau, serta pengembangan budi daya laut menduduki
tempat yang penting pula. Yang dimaksud dengan cinta dan kasih sayang apabila
manusia dapat ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya manusia.
Kelompok-kelompok manusia ini merupakan bangsa-bangsa dari Negara yang terdapat
di dunia ini. Bila kita ingin dan mau mengerti dan bergaul dengan bangsa lain
maka rasa kasih sayanglah yang dapat mendekatkan kita dengan siapa pun. Dengan
demikian, akan terciptalah perdamaian dan persahabatan antar manusia maupun
antar bangsa. Khususnya sebagai seorang Pramuka menganggap Pramuka lainnya baik
dan Indonesia maupun dari bangsa lain sebagai saudaranya karena masing-masing
mempunyai satya dan darma sebagai ketentuan moral. Pramuka Indonesia yang
bertujuan menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur sudah
sepantasnya jika ia berusaha meninggalkan watak yang dapat menjauhkan ia
dengan ciptaan Tuhan lainnya dengan memiliki sifat-sifat yang penuh rasa cinta
dan kasih sayang. Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan sila kedua dari Pancasila.
Pelaksanaan dalam hidup sehari-hari.
Membawa peserta didik ke alam bebas kebun raya agar
mengetahui dan mengenal berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, Anjurkanlah kepada
mereka memelihara tanaman di rumah masing-masing. Hal ini dapat dijadikan
persyaratan untuk mencapai tanda kecakapan khusus. Begitu pula halnya sikap kita terhadap binatang,
perkenalkan peserta didik dengan sifat masing-masing jenis binatang untuk
mengetahui manfaatnya. Anjurkan juga memelihara dengan baik binatang yang
mereka memiliki. Kasih sayang sesama manusia tidak lepas dari perwujudan
kerendahan diri manusia sebagai makhluk terhadap keagungan pencipta-Nya.
Ketakwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa wajib dihayati sepanjang hidup. Di
samping itu, perlu membangun watak utama antara lain, tidak mementingkan
diri pribadi, menghargai orang lain meskipun tidak sebangsa dan seagama.
Demikian pula, bersaudara dengan Pramuka sedunia. Siapa pun
yang kita kenal dan kita dekati lambat-laun akan timbul rasa cinta alam
dan kasih sayang sesama manusia. Rasa inilah yang dapat menggugah rasa dekat
dengan Al-khalik, karena tidak terhalang oleh rasa benci, marah dan sifat-sifat
yang tidak terpuji, dengan demikian, kita menyadari keagungan Tuhan Yang
Maha Esa.
Ketiga : Patriot yang Sopan
dan Ksatria
Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara Republik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik, berbakti, setia dan siap siaga membela tanah airnya. Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang lain. Orang yang sopan bersikap ramah tamah dan bersahabat bukan pembenci dan selalu disukai orang lain. Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur. Ksatria juga mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani dan jujur. Jadi, kata ksatria mengandung makna keberanian, kejujuran, dan kepahlawanan. Seorang Pramuka yang mematuhi darma ini, bersama-sama dengan warga Negara yang lain mempunyai satu kata hati dan satu sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila ketiga.
Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara Republik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik, berbakti, setia dan siap siaga membela tanah airnya. Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang lain. Orang yang sopan bersikap ramah tamah dan bersahabat bukan pembenci dan selalu disukai orang lain. Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur. Ksatria juga mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani dan jujur. Jadi, kata ksatria mengandung makna keberanian, kejujuran, dan kepahlawanan. Seorang Pramuka yang mematuhi darma ini, bersama-sama dengan warga Negara yang lain mempunyai satu kata hati dan satu sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila ketiga.
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari :
Membiasakan dan mendorong anggota Pramuka untuk : Menghormati
dan memahami serta menghayati lambang Negara, bendera sang Merah Putih dan lagu
kebangsaan Indonesia Raya, Mengenal nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
seperti kekeluargaan, gotong-royong, rumah tamah, religius, dan lain-lain, Mencintai bahasa, seni budaya, dan
sejarah Indonesia. Mengerti, menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila,
Mengenal adat-istiadat suku-suku bangsa di Indonesia, Mengutamakan kepentingan
umum dari pada kepentingan diri pribadi. Selalu membantu dan membela yang lemah
dan yang benar, Membiasakan diri berani mengakui kesalahan dan membenarkan yang
benar dan Menghormati orang tua, guru dan pemimpin.
Keempat : Patuh dan suka
bermusyawarah.
Patuh berarti setia dan bersedia melakukan sesuatu yang sudah disepakati dan ditentukan. Musyawarah adalah laku utama seorang demokrat yang menghormati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan yang menyangkut orang lain, seorang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi. Darma adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila keempat.
Patuh berarti setia dan bersedia melakukan sesuatu yang sudah disepakati dan ditentukan. Musyawarah adalah laku utama seorang demokrat yang menghormati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan yang menyangkut orang lain, seorang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi. Darma adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila keempat.
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari
Membiasakan diri untuk menepati janji, mematuhi peraturan
yang ditetapkan di gugus depan dan mematuhi peraturan di RT/RK, kampung dan
desa, sekolah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, setia
mengikuti latihan membayar iuran, menaati peraturan lalulintas dan lain-lain.
Belajar mendengar
pendapat orang, menghargai gagasan orang lain. Membiasakan untuk merumuskan
kesepakatan dengan memperhatikan kepentingan orang banyak. Membiasakan diri
untuk bermusyawarah sebelum melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan
berkemah, widyawisata dan lain-lain.
Kelima : Rela Menolong dan Tabah
Rela atau ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Dengan maksud, agar orang yang ditolong itu dapat menyelesaikan maksudnya atau kemudian mampu merampungkan masalah seta tantangan yang dihadapi. Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu. Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila kelima.
Rela atau ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Dengan maksud, agar orang yang ditolong itu dapat menyelesaikan maksudnya atau kemudian mampu merampungkan masalah seta tantangan yang dihadapi. Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu. Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila kelima.
Pelaksanaan dalam Hidup sehari-hari
Membiasakan diri cepat menolong kecelakaan tanpa diminta,
Membantu menyeberang jalan untuk orang tua, wanita. Memberi tempat di tempat umum kepada
orang tua dan wanita. Membiasakan secara bertahap untuk mengatasi
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dan dimasyarakat.
Keenam : Rajin, Terampil,
dan Gembira
Rajin : Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain karena ia diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengembangkan diri dengan membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses kodrati dalam mendidik diri. Lebih-lebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melejit demikian cepat, maka menjadi kewajiban kita semua untuk mendorong anak didik (juga orang dewasa) untuk selalu rajin belajar, selalu berusaha dengan tekun, senantiasa tetap mengembangkan dirinya, dan selalu tertib melaksanakan tugas. Terampil : Setiap manusia harus berupaya untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri. Untuk hal itu, yang menjadi syarat utama adalah keahlian dan keterampilan serta dapat mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira : Manusia itu hidup dan menghidupi dengan mencari jalan bagaimana hidup yang baik. Untuk itu ia harus bekerja mencari nafkah, dan bersama-sama dengan orang lain ia bekerja sama.
Rajin : Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain karena ia diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengembangkan diri dengan membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses kodrati dalam mendidik diri. Lebih-lebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melejit demikian cepat, maka menjadi kewajiban kita semua untuk mendorong anak didik (juga orang dewasa) untuk selalu rajin belajar, selalu berusaha dengan tekun, senantiasa tetap mengembangkan dirinya, dan selalu tertib melaksanakan tugas. Terampil : Setiap manusia harus berupaya untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri. Untuk hal itu, yang menjadi syarat utama adalah keahlian dan keterampilan serta dapat mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira : Manusia itu hidup dan menghidupi dengan mencari jalan bagaimana hidup yang baik. Untuk itu ia harus bekerja mencari nafkah, dan bersama-sama dengan orang lain ia bekerja sama.
Banyak kesulitan, rintangan, dan
hambatan yang dihadapi. Dan tantangan ini akan diatasi dengan dorongan motivasi
yang kuat. Suatu upaya untuk mendapat motivasi ini adalah manusia harus dapat
berfikir cerah, berjiwa tenang, dan seimbang. Hal ini dapat dicapai bila
manusia selalu mencari hal-hal yang positif dan optimistis. Sikap positip,
optimis ini diperoleh dengan laku yang riang sehingga menimbulkan suasana
gembira. Kegembiraan adalah perasaan senang dan bangga yang menimbulkan
kegiatan dan bahkan rasa keberanian. Rajin, terampil, dan gembira perlu selalu
diterapkan dalam setiap usaha dan kegiatan.
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-haari :
Rajin : Biasakan membaca buku yang
baik. Biasakan untuk membuat karya tulis. Selenggarakan diskusi-diskusi untuk
belajar; mengolah pikiran, mengemukakan pendapat. Tentukan jadwal harian yang
tetap untuk belajar. Belajar selama dua jam sehari adalah layak. Atur kegiatan
dengan menyesuaikan dengan kegiatan di sekolah, di rumah dan Gerakan Pramuka. Membiasakan
untuk menyusun jadwal kegiatan sehari-hari.
Bekerja : Jelaskan bahwa dibalik
kesulitan, kegagalan, dan kekecewaan selalu terdapat hal-hal yang
baik dan berguna. Biasakan bekerja menurut manfaat dan disesuaikan dengan
kemampuan. Jangan terlalu cepat menegur, mengkritik atau menyalahkan orang
lain. Hargai dan tonjolkan suatu prestasi kerja. Berikan beban dan tugas yang terus
berkembang. Berusaha untuk bekerja dengan rencana. Bergembiralah dalam tiap
usaha. Selesaikan setiap tugas pekerja, jangan tunda sampai esok hari.
Terampil : Pilihlah suatu jenis kemahiran dan
keahlian yang sesuai dengan bakat. b)
Latih
terus-menerus. Jangan cepat puas setelah selesai mengerjakan sesuatu. Mintalah
tuntunan dari orang yang lebih berpengalaman. Jangan menolak tugas pekerjaan apa pun
yang diberikan pada Saudara. Laksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada.
Ketujuh : Hemat, cermat, dan bersahaja
Hemat bukan berarti “kikir” tetapi lebih terarah kepada dapatnya seorang Pramuka melakukan dan mengunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Secara rohaniah, dapat berarti suatu usaha memerangi hawa nafsu manusia dari keinginan berlebihan yang merugikan diri sendiri dan orang lain; (uang, mendisiplinkan diri sendiri). Menghemat bukan berarti a sosial tapi untuk lebih memungkinkan dalam memberi kemungkinan usaha sosial ke pihak lain, (luang, tenaga, waktu dan sebagainya) yang lebih menguntungkan. Secara material, dapat berarti memanfaatkan sesuai (materi) menurut keperluan sehingga usaha tidak berguna dapat dibendung sehingga dapat berguna bagi dia sendiri dan orang lain. Cermat lebih berarti “ teliti” sikap laku seorang Pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantiasa waspada. Hal ini dapat dilakukan melalui proses berfikir, menghitung, dan mempertimbangkan segala sesuatu, untuk berbuat. Seorang Pramuka harus cerdas, terampil agar ia senantiasa terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. Ia harus berusaha untuk berbuat sesuatu dengan terencana dan yang bermanfaat. Bersahaja Hal ini lebih berarti, sederhana kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapat memberi kemungkinan penggambaran jiwa untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang didapat secara halal tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan, Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya.
Hemat bukan berarti “kikir” tetapi lebih terarah kepada dapatnya seorang Pramuka melakukan dan mengunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Secara rohaniah, dapat berarti suatu usaha memerangi hawa nafsu manusia dari keinginan berlebihan yang merugikan diri sendiri dan orang lain; (uang, mendisiplinkan diri sendiri). Menghemat bukan berarti a sosial tapi untuk lebih memungkinkan dalam memberi kemungkinan usaha sosial ke pihak lain, (luang, tenaga, waktu dan sebagainya) yang lebih menguntungkan. Secara material, dapat berarti memanfaatkan sesuai (materi) menurut keperluan sehingga usaha tidak berguna dapat dibendung sehingga dapat berguna bagi dia sendiri dan orang lain. Cermat lebih berarti “ teliti” sikap laku seorang Pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantiasa waspada. Hal ini dapat dilakukan melalui proses berfikir, menghitung, dan mempertimbangkan segala sesuatu, untuk berbuat. Seorang Pramuka harus cerdas, terampil agar ia senantiasa terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. Ia harus berusaha untuk berbuat sesuatu dengan terencana dan yang bermanfaat. Bersahaja Hal ini lebih berarti, sederhana kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapat memberi kemungkinan penggambaran jiwa untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang didapat secara halal tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan, Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya.
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari
1) Menggunakan waktu dengan tepat ke
sekolah, tidur, makan, latihan dan sebagainya.
2)
Tidak ceroboh.
3)
Bertindak dengan teliti pada waktu yang tepat agar ia tidak
dirusakkan oleh keinginan jahat dari luar.
4)
Sadar akan dirinya sebagai suatu pribadi.
5)
Berpakaian yang sederhana tanpa perhiasan yang
berlebihan-lebihan
6)
Meneliti dahulu sebelum berbuat sesuatu agar terjadi
ketepatan di dalam pelaksanaannya.
7) Penggunaan listrik (siang hari
dimatikan).
8)
Pengguna air tidak terbuang percuma.
9)
Memeriksa pekerjaan sebelum diserahkan kepada Pembina.
10) Menggunakan uang jajanan dengan hemat.
11) Membiasakan anak belanja kewarung dan pasar dengan teratur.
12) Memberi anak tanggung jawab untuk tugas di rumah dan
lain=lain.
13) Membiasakan untuk menabung
14) Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana.
Kedelapan : Disiplin, Berani dan Setia
Disiplin dalam pengertian yang luas berarti patuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Dalam pengertian yang lebih khusus, disiplin berarti mengekang dan mengendalikan diri. Berani adalah suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan. Dengan demikian, maka berdisiplin tidak secara membabi buta melaksanakan perintah, ketentuan dan peraturan, sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang harus berani berbuat berdasarkan pertimbangan dan nilai yang lebih tinggi.
Disiplin dalam pengertian yang luas berarti patuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Dalam pengertian yang lebih khusus, disiplin berarti mengekang dan mengendalikan diri. Berani adalah suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan. Dengan demikian, maka berdisiplin tidak secara membabi buta melaksanakan perintah, ketentuan dan peraturan, sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang harus berani berbuat berdasarkan pertimbangan dan nilai yang lebih tinggi.
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari
1.
Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri (self
disiplin).
2.
Mentaati peraturan.
3.
Menjalani ajaran dari ibadah agama,
4.
Belajar untuk menilai kenyataan, bukti dan kebenaran
suatu keterangan (informasi).
5. Patuh dengan pertimbangan dan
keyakinan.
Kesembilan : Bertanggungjawab
dan Dapat Dipercaya
Yang dimaksud dengan bertanggungjawab ialah Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab terhadap Negara, bangsa, masyarakat dan keluarga misalnya : Segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya, harus dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab. Segala sesuatu yang dilakukan atas kehendak sendiri dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab. Pramuka harus berani bertanggungjawab atas suatu tindakan yang diambil, di luar perintah yang diberikan kepadanya karena perintah tersebut tidak dapat atau sulit dilaksanakannya, Seorang Pramuka tidak akan mengelakkan suatu tanggungjawab dengan suatu alasan yang dicari-cari. Tujuannya adalah mendidik dan memasukkan suaatu tanggungjawab yang besar kepadanya.
Yang dimaksud dengan bertanggungjawab ialah Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab terhadap Negara, bangsa, masyarakat dan keluarga misalnya : Segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya, harus dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab. Segala sesuatu yang dilakukan atas kehendak sendiri dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab. Pramuka harus berani bertanggungjawab atas suatu tindakan yang diambil, di luar perintah yang diberikan kepadanya karena perintah tersebut tidak dapat atau sulit dilaksanakannya, Seorang Pramuka tidak akan mengelakkan suatu tanggungjawab dengan suatu alasan yang dicari-cari. Tujuannya adalah mendidik dan memasukkan suaatu tanggungjawab yang besar kepadanya.
Yang dimaksud dengan dapat dipercaya ialah: Pramuka itu
dapat dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya. Misalnya: Dapat dipercaya itu berarti juga jujur, yaitu jujur
terhadap diri sendiri, terhadap anak didik dan terhadap orang lain terutama
yang menyangkut uang, materi dan lain-lain. Pramuka dapat dipercaya atas kata-katannya, perbuatannya
dan lain sebagainya, apa yang dikatakannya tidaklah suatu karangan yang
dibuat-buat. Apabila ia ditugaskan untuk melaksanakan sesuatu, maka ia
dapat dipercaya bahwa ia pasti akan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Dalam kehidupan sehari-hari dimana dan kapan pun juga
Pramuka dapat dipercaya bahwa ia tidak akan berbuat sesuatu yang tidak baik,
meskipun tidak ada orang yang tahu atau yang mengawasinya. Selalu menepati waktu yang sudah ditentukan, Tujuan adalah mendidik Pramuka menjadi orang yang jujur
dan yang dapat dipercaya akan segala tingkah lakunya.
Kesepuluh : Suci Dalam Pikiran Perkataan dan Perbuatan
Seorang Pramuka dikatakan matang jiwanya, bila Pramuka itu dalam setiap tingkah lakunya sudah menggambarkan laku yang suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, Suci dalam pikiran berarti bahwa Pramuka tersebut selalu melihat dan memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yang tidak baik. Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur serta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Suci dalam perbuatan sebagai akibat dari pikiran dan perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan Negara, bangsa, agama dan keluarga. Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan kesadaran menurut siratan jiwa Pramuka sehingga Pramuka itu menemukan dirinya sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka Antaranya: “…. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwataq luhur, tinggi metal-moral budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya…”
Seorang Pramuka dikatakan matang jiwanya, bila Pramuka itu dalam setiap tingkah lakunya sudah menggambarkan laku yang suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, Suci dalam pikiran berarti bahwa Pramuka tersebut selalu melihat dan memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yang tidak baik. Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur serta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Suci dalam perbuatan sebagai akibat dari pikiran dan perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan Negara, bangsa, agama dan keluarga. Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan kesadaran menurut siratan jiwa Pramuka sehingga Pramuka itu menemukan dirinya sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka Antaranya: “…. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwataq luhur, tinggi metal-moral budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya…”
Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari
Seorang Pramuka selalu menyumbangkan pikirannya yang baik,
tidak berprasangka, dan tidak boleh mempunyai sikap-sikap yang tercela dan
selalu menghargai pemikiran-pemikiran orang lain. Sehingga timbul saling
harga menghargai sesama manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Seorang
Pramuka akan selalu berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan
diri terhadap ucapannya, dan menjauhkan diri dari perkataan-perkataan
yang tidak pantas dan menimbulkan ketidak percayaan orang lain. Seorang
Pramuka akan menjadi contoh pribadi dalam segala tingkah lakunya dan menjauhkan
diri dari perbuatan-perbuatan yang jelek yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat.
No comments:
Post a Comment